Kamis, 09 Februari 2012

aku khawatir melihat pilumu






dalam hati tak hentinya bertanya
kenapa mengapa wajahmu resah
adakah kiranya pedih yang mengingatmu pada duka
jiwamu lusuh
tetesan embun mewarnai resah merah wajahmu
kau berperih
aku ikut mengiba
sabarkan hatimu

seperti layaknya kita terima
rindumu akan sampai padanya
dalam ukhwuah ini kaulah saudara jannahku

Berhati dalam menata laku


sikaf kita itu adalah diperhatikan jiwa-jiwa
perlu berjaga biar tidak meluka
kata-kata kita itu ada telinga-telinga meski gurauan
perlu dihibau
bisa saja jadi penurun yang di dengarnya
yang jauh jadi jauh
yang dekat jadi semakin jauh
islampun saling berjaga perasa
jangan da mampu menusuk orang
apalah tiada urgensi ukhuwah
bila tak saling menjaga dagingnya
bila tak mau menjaga kata
diamnya bisa jadi beban
menjauhnya bisa jadi malu dan lepas luluh
menjaga sikaf layangnya menaburkan bunga
mewangi harum dalam saling menghormati

ENTAHLAH RISAU ITU



entahlah risau itu
tiba-tiba terengut disisi hal yang sudah ramah di terima
ingin tak bisa di pungkir
satu argumentasi tidak bisa memahami
belajar di penulisan tak jua haru

satu katapun tak bisa luluh
api sedikit-sedikit teretakan
kepada siapa peraduan
masa lampau cukup dinamis untuk di adu statis
tak seimbang pikiran dan kata hati
tapi gelombang berambat lurus pula
perlu menunggu keheningan
menyimaki perintahnya
pohon penguat akan bernostalgia
memilih dua untuk direhat
maaf langit biru haru kelabu
fitrah sesal tiada turut
api berabu bisa berkabut
butuh air peredaan
walau keduanya takan terasingkan
dipikul diroyong bersama


 dibuat di frekuensi




dede jubaedah